Pengertian Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita
prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang
terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap
benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga
disebut Mitologi, yang kadang diartikan cerita rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat
istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul
alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan
mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para
dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
Contoh :
KALA RAU
Kala Rau merupakan perwujudan setan dalam
mitologi Bali. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada
suatu ketika ia hendak minum air dari Tirta Amertha atau air kehidupan abadi,
walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. Dewi Ratih
yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada Dewa Wisnu, yang kemudian
melemparkan Cakranya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga
kepala hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat
hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada Dewi Ratih dan
mengejarnya di Kahyangan. Terkadang Dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini
terjadilah Gerhana Bulan.
Pengertian Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu, legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory). Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
Contoh :
DANAU TOBA
Di wilayah Sumatera
hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang
kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak
mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani
tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan
untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat
ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut
langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat
setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia
segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang
didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat
memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan
yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan
aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung
dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani
itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang
wanita yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, aku
tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu
seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena
melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah
membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau
jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka
sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka
tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji
itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama
mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah,
karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh
menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat
heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa
kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak
petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan
minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak
dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan
setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya,
sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia
langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya
sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!,
teriak petani itu.
Setelah anaknya
terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat
ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi
petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu
diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan
kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani
mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang
lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu
akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
Cerita Rakyat “Asal Usul
Danau Toba”, diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana.
Cerita rakyat
Cerita
rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah
yang dimiliki masing-masing bangsa.
Contoh:
MALIN KUNDANG
Malin
Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat,
Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka
pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air
Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Malin
termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia
tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi
berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena
merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk
membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi
kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya
Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali
setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela
melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama
berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak
buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di
tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh
bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas
oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di
kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia
sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak
dibunuh oleh para bajak laut.
Malin
Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan
menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah
desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin
lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal
dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi
kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita
Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada
ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira
anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga,
menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah
beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak
buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan
kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak
kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Ibu
Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka
dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati
adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama
tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat
wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi
marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia
malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat
perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak
menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu
Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu”.
Tidak
berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah
perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu
tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk
menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat
dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang,
Sumatera Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar