Kamis, 27 September 2012

Kisah Sebatang Pensil

Si anak lelaki memandangani ibunya yang sedang menulis surat, lalu bertanya, "Apakah Ibu sedang menulis tentang aku ?" Sang ibu berhenti menulis surat dan berkata kepada anaknya, "Ibu memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata-kata yang Ibu tulis, yakni pensil yang Ibu gunakan.  Mudah-mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti."
Si anak lelaki merasa heran, diamatinya pensil itu.  Kelihatannya biasa saja, sama dengan pensil-pensil lain yang pernah kulihat !
"Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan merasa damai dalam menjalani hidupmu.
"Pertama, kau sanggup melakukan hal-hal besar, tapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu.Kita menyebutnya tangan Tuhan, dan Dia selalu membimbing kita sesuai dengankehendak-Nya.
"Kedua, sesekali Ibu mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini.  Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam.  Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.
"Ketiga, pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan-kesalahan yang kita buat.  Ini berarti, tidak apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan, asal tetap dijalan yang benar.
 "Keempat, yang paling paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya.  Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.
"Kelima, pensil ini selalu meninggalkan bekas.  Begitu pula apa yang kau lakukan.  Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar